Selamat Datang Indonesia

Mengenang sejarah Indonesia di masa lalu, selalu menggugah semangat Nasionalis-Patriotis serta Kecintaan terhadap Bangsa dan Tanah Air - Indonesia.

Indonesia, tanah air kuuu...
Tanah tumpah darah kuuu....
Disanalah aku berdiriiii...
Jadi pandu ibu kuuu....

- MERDEKA!!!!

Kerajaan Kadiri

Kamis, 19 Juni 2014

Arca Wishnu,
berasal dari Kediri,
abad ke-12 dan ke-13.
Gambar: Wikipedia
Kerajaan Kadiri atau Kediri atau Panjalu, adalah sebuah kerajaan pecahan dari Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur, yang berkuasa antara tahun 1042-1222. Airlangga membagi Kahuripan menjadi dua kerajaan untuk menghindari perselisihan dua puteranya, dan ia sendiri turun tahta menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.

Kerajaan Kahuripan

Senin, 16 Juni 2014

Kahuripan adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Airlangga pada tahun 1009 M. Kerajaan ini dibangun sebagai kelanjutan Kerajaan Medang yang runtuh pada tahun 1006 M.[1]

Runtuhnya Kerajaan Medang

Raja Kerajaan Medang yang terakhir bernama Dharmawangsa Teguh, saingan berat Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1006, Raja Wurawari dari Lwaram (sekutu Sriwijaya) menyerang Watan, ibu kota Kerajaan Medang, yang tengah mengadakan pesta perkawinan antara Airlangga dengan putri Dharmawangsa Teguh.

Kerajaan Pakuan Pajajaran

Jumat, 13 Juni 2014

Pakuan Pajajaran atau Pakuan (Pakwan) atau Pajajaran adalah pusat pemerintahan Kerajaan Sunda, sebuah kerajaan yang selama beberapa abad (abad ke-7 hingga abad ke-16) pernah berdiri di wilayah barat pulau Jawa. Jadi, Kerajaan Pakuan Pajajaran adalah lanjutan dari Kerajaan Tarumanagara dan Sunda-Galuh. Lokasi Pakuan Pajajaran berada di wilayah Bogor, Jawa Barat sekarang.

Kerajaan Medang (Mataram Kuno)

Rabu, 04 Juni 2014

Candi Prambanan (Kuil Siwa).
Kerajaan Medang (Mataram Kuno atau Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8 Masehi, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10 Masehi. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi, baik yang bercorak Hindu maupun Budha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11 Masehi.

Wangsa Sailendra

Sailendravamsa atau Wangsa Sailendra adalah nama wangsa atau dinasti raja-raja yang berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera; dan di MdaĊ‹ (Kerajaan Medang), Jawa Tengah sejak tahun 752 M. Sebagian besar raja-rajanya adalah penganut dan pelindung agama Budha Mahayana. Meskipun peninggalan dan manifestasi wangsa ini kebanyakan terdapat di dataran Kedu, Jawa Tengah, asal usul wangsa ini masih diperdebatkan. Disamping berasal dari Jawa, daerah lain seperti Sumatera atau bahkan India dan Kamboja, sempat diajukan sebagai asal mula wangsa ini.

Kerajaan Sunda Galuh

Selasa, 03 Juni 2014

Kerajaan Sunda Galuh adalah suatu kerajaan yang merupakan penyatuan dua kerajaan besar di Tanah Sunda yang saling terkait erat, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kedua kerajaan tersebut merupakan pecahan dari Kerajaan Tarumanagara. Berdasarkan peninggalan sejarah seperti prasasti dan naskah kuno, ibu kota Kerajaan Sunda berada di daerah yang sekarang menjadi kota Bogor (Pajajaran), sedangkan ibu kota Kerajaan Galuh adalah kota Kawali di Kabupaten Ciamis.

Ompu Halto - Kesetiaan Pejuang Batak

Kamis, 01 Mei 2014

Ompu Halto Sang Pejuang
Di suatu pagi, angin berhembus dengan perlahan, dan sinar mentari menyinari langkah pasukan Marsose pimpinan Kapt. Christoffel yang tiba di Sibongkare. Pasukan ini sedang mengejar Raja Sisingamangaraja XII, beserta pasukannya. Seluruh rakyat dikumpulkan di suatu tempat. Mereka dinterogasi satu persatu tentang keberadaan Raja Sisingamangaraja XII. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang disiksa karena tidak mau menunjukkannya. Melihat situasi ini, Ompu Halto datang menemui sang kapten dan mengatakan bahwa ia adalah penguasa daerah ini. Sang kapten sangat merasa beruntung, karena salah satu dari musuh mereka telah datang menyerahkan diri.

“Didia Sisingamangaraja?” tanya salah seorang pembantu Kapt. Christoffel yang ternyata berasal dari orang Batak sendiri kepada Ompu Halto.

SISINGAMANGARAJA XII - Raja Yang Membenci Penindasan

Ketika Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi Raja Batak, usianya baru 19 tahun. Di saat yang sama tahun 1886, hampir seluruh Pulau Sumatera sudah dikuasai Belanda kecuali Aceh dan Batak. Belanda saat waktu itu menyebut Batak sebagai De Onafhankelijke Bataklanden atau Tanah Batak yang Merdeka.

Sisingamangaraja XII yang lahir tahun 1849 di Bakkara, Tapanuli, di sebuah tempat indah di tepian Danau Toba itu memiliki nama kecil Patuan Bosar, yang kemudian digelari dengan Ompu Pulo Batu. Nama Sisingamangaraja sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu 'singa' dan 'mangaraja'. Naik tahta pada tahun 1867 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia juga disebut juga sebagai raja imam.[1]

Pangeran Diponegoro - Tokoh Perang Jawa Yang Termasyur

Pangeran Dipanegara, juga sering dieja Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun) adalah salah seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia-Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia.[1]

Tuanku Imam Bonjol Sang Pemimpin Kaum Padri

Rabu, 30 April 2014

Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat pada tahun 1772 - wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri pada tahun 1803-1838. Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.

MARTHA CHRISTINA TIAHAHU

Senin, 28 April 2014

Martha Christina Tiahahu (lahir di Nusalaut, Maluku, 4 Januari 1800 – meninggal di Laut Banda, Maluku, 2 Januari 1818 pada umur 17 tahun) adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah. Ia lahir dari keluarga Tiahahu dari kelompok Soa Uluputi. Soa dalam bahasa Maluku berarti 'kelompok yang membagi masyarakat berdasarkan marganya sebagai identitas asal-usul keluarga'.

Riwayat Martha Christina Tiahahu

Martha adalah wanita pemberani yang mengangkat tombak untuk melawan Belanda. Seperti yang dituturkan oleh ahli warisnya, Merry Lekahena, berdasarkan kisah turun-temurun yang diceritakan oleh orangtuanya,

Pattimura - Sang Kapitan Sejati Dari Maluku

Pattimura atau Thomas Mattulessy (lahir di Haria, pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun), juga dikenal dengan nama Kapitan Pattimura adalah pahlawan Maluku dan merupakan Pahlawan Nasional Indonesia.

Menurut buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M. Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan."[1]

Daftar Pahlawan Nasional Indonesia

Rabu, 23 April 2014

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pahlawan Nasional adalah gelar penghargaan tingkat tertinggi di Indonesia. Gelar anumerta ini diberikan oleh Pemerintahan Indonesia atas tindakan yang dianggap heroik – didefinisikan sebagai "perbuatan nyata yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya." – atau "berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara."

Kerajaan Bahari Sriwijaya

Sabtu, 19 April 2014

Sriwijaya atau dalam bahasa Sanskerta ditulis Sri Vijaya adalah salah satu kerajaan bahari yang pernah berdiri di Sumatra Selatan, ibu kotanya berada di kota Palembang saat ini, dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya (Malaka), Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan. Dalam bahasa Sanskerta, Sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan Wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang".[1]

Kerajaan Kalingga

Rabu, 16 April 2014

Arca Ratu Shima-Batara Guru
Arca Ratu Shima (Batara Guru)
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Cho-po (Jawa, tepatnya di Jawa Tengah) sekitar abad ke-6 Masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Semenjak dibawah kepemerintahan Ratu Shima, ditetapkan peraturan bahwa barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.[1]

Kerajaan Tarumanegara

Selasa, 15 April 2014


Arca Dewa Wisnu
Dua arca Wishnu dari Cibuaya,
 Karawang.
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M, dengan pusat kerajaan terletak di Sundapura (dekat Tugu dan Bekasi). Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang banyak meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.[1]

Wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon, sehingga dapat diartikan bahwa pada masa pemerintahan Raja Purnawarman wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara hampir menguasai seluruh wilayah Jawa Barat.[2]

Kerajaan Salakanagara

Senin, 14 April 2014

Salakanagara
Salakanagara, berdasarkan Naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara (yang disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara.

Tentang kerajaan pertama di kawasan Jawa Barat boleh dikatakan bahwa keberadaanya “Timbul-tenggelam” dalam pandangan para ahli sejarah. Bermula dari berita China dari jaman dinasti Han yang memberitakan bahwa “Raja Yeh-Tiao bernama Tiao-pien mengirimkan utusan ke China dalam tahun 132 M”. Pulau Jawa khususnya Jawa Barat mulai memasuki lingkaran sejarah abad kedua Masehi. Ye-Tiao diduga sama dengan Jawadwipa atau Yabadiu, dan nama Tiao-Pien diduga sama dengan Dewawarman.

Kerajaan Kutai Martadipura

Kamis, 10 April 2014

Kutai Martadipura (Martapura) adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4 Masehi dan terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam dekat kota Tenggarong. Bukti sejarah tentang kerajaan Kutai adalah ditemukannya tujuh prasasti yang berbentuk yupa (tiang batu bertulis untuk peringatan upacara kurban), tulisan yupa itu menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut.

Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Di Nusantara


Sebelum pengaruh Hindu-Budha masuk ke Indonesia, sebenarnya masyarakat sudah mempunyai kepercayaan dan adat istiadat yang dilaksanakan secara turun-temurun. Mereka hidup sangat sederhana dalam kelompok-kelompok kecil maupun besar, dan belum tersentuh kebudayaan apapun selain peninggalan nenek moyangnya sendiri. Komunikasi juga hanya dilakukan di dalam kelompok itu sendiri. Lambat laun terjadi interaksi antarkelompok. Karena tuntutan kebutuhan, akhirnya terjadilah hubungan perdagangan, bahkan berkembang dengan adanya pelayaran antarpulau dan antarbenua. Pada saat itu, masuklah pengaruh Hindu dan Budha ke Indonesia.

RADEN DEWI SARTIKA

Jumat, 28 Maret 2014

Dewi Sartika adalah seorang wanita pejuang pendidikan. Agar anak-anak perempuan bisa memperoleh kesempatan belajar, dia berjuang mendirikan sekolah di Bandung

"Jangan tanya apa yang telah diberikan negara kepadamu, tapi apa yang telah kamu berikan pada negaramu." Kata bijak tersebut sangat tepat menjadi panduan semua bangsa yang hendak menobatkan seseorang sebagai penerima gelar kehormatan 'pahlawan' di negaranya.

Teungku Fakinah, Sang Mujahidillah Dari Aceh

Menurut catatan pada Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Banda Aceh, Teungku Fakinah adalah seorang pahlawan dan juga seorang ulama wanita terkenal di Aceh. Ia lahir pada tahun 1856 M, di Desa Lam Diran, kampung Lam Beunot, Mukim Lam Krak VII, Sagi XXII Mukim, Aceh Besar. Didalam tubuhnya mengalir darah ulama dan darah bangsawan. Ayahnya bernama Teungku Datuk Mahmud seorang pejabat pemerintahan pada jaman Sultan Alaidin Iskandar Syah. Sedangkan ibunya bernama Teungku Muhammad Sa'at yang terkenal dengan nama Teungku Chik Lam Pucok, pendiri Dayah Lam Pucok, pesantren tempat Teungku Chik Di Tiro pernah belajar.

Admiral Keumalahayati, Panglima Wanita Yang Gagah

Pernah mendengar nama kapal perang KRI Malahayati? Banyak orang yang tidak tahu, siapakah yang memiliki nama besar dan terhormat itu sehingga diabadikan sebagai nama sebuah kapal perang. Beliau adalah seorang wanita yang agung (grande dame), yang memimpin sebuah laskar pejuang yang terdiri dari para pejuang perempuan dan kebanyakan adalah janda yang ditinggal wafat suami mereka dalam perjuangan melawan penjajah. Malahayati juga seorang janda yang ditinggal syahid suaminya saat berperang melawan Portugis sewaktu akan menguasai selat Malaka, yakni pada pertempuran laut Teluk Haru. Laskar tersebut dinamai Laskar Inong Balee atau yang bermakna Laskar para Janda pahlawan. Beranggotakan 2000 orang prajurit, semuanya perempuan.

Teungku Chik di Tiro

Senin, 17 Maret 2014

Teungku Muhammad Saman (Teungku Chik di Tiro) adalah putra dari Teungku Syekh Ubaidillah. Sedangkan ibunya bernama Siti Aisyah, putri Teungku Syekh Abdussalam Muda Tiro dan adik dari Teungku Cik Dayah Cut, ulama terkenal di Tiro. Ia lahir pada tahun 1836M, bertepatan dengan 1251 Hijriah di Dayah Jrueng kenegerian Cumbok Lam Lo, Tiro, daerah Pidie, Aceh.

Teungku Muhammad Saman menjalani masa kecilnya di ligkungan pesantren. Di tempat-tempat itu ia bergaul dengan para santri. Pelajaran agama mula-mula didapat dari ayahnya dan kemudian dari pamannya. Ibunya mengajarinya menulis huruf Arab. Perhatiannya cukup besar terhadap buku-buku tasawuf karangan Imam Ghazali. Ia dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat.

Panglima Polem IX

Panglima Polem bernama lengkap, Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud adalah seorang panglima Aceh. Sampai saat ini belum ditemukan keterangan yang jelas mengenai tanggal dan tahun kelahiran, yang jelas ia berasal dari keturunan kaum bangsawan Aceh. Ayahnya bernama Panglima Polem VIII, Raja Kuala anak dari Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin yang juga terkenal dengan Cut Banta (Panglima Polem VII (1845-1879). Teuku Imam Muda Mahmud Arifin merupakan Panglima Sagoe XXII Mukim Aceh Besar.[1]

CUT NYAK MEUTIA

Wanita kelahiran Perlak, Aceh, tahun 1870, tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus. Ia adalah seorang 
pahlawan Kemerdekaan Nasional yang hingga titik darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada kolonial.

Masa perkembangannya sedari kecil hingga dewasa yang berada ditengah-tengah suasana perang, di kemudian hari sangat memengaruhi perjalanan hidupnya sebagai tokoh pejuang kemerdekaan wanita untuk rakyat Aceh.

TEUKU UMAR

Sabtu, 15 Maret 2014

Teuku Umar adalah salah seorang Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan yang mengobarkan semangat perang fi'sabilillah terhadap pasukan Belanda di Aceh.

Teuku Umar lahir di Meulaboh, pada tahun 1854, adalah anak seorang Uleebalang bernama Teuku Achmad Mahmud dari perkawinan dengan adik perempuan Raja Meulaboh. Teuku Umar mempunyai dua orang saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki. Sejak kecil, ia dikenal memiliki kemauan keras dan pantang menyerah. Pada usia muda, ia sudah diangkat menjadi kepala kampung. Nenek moyang Teuku Umar adalah keturunan Minangkabau, yaitu Datuk Makudum Sati.

Cut Nyak Dhien

Kamis, 13 Maret 2014

Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien), lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh, pada tahun 1848 dan wafat di Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Cut Nyak Dhien adalah salah seorang Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah hendak menghancurkan Belanda.