Selamat Datang Indonesia

Mengenang sejarah Indonesia di masa lalu, selalu menggugah semangat Nasionalis-Patriotis serta Kecintaan terhadap Bangsa dan Tanah Air - Indonesia.

Indonesia, tanah air kuuu...
Tanah tumpah darah kuuu....
Disanalah aku berdiriiii...
Jadi pandu ibu kuuu....

- MERDEKA!!!!

CUT NYAK MEUTIA

Senin, 17 Maret 2014

Wanita kelahiran Perlak, Aceh, tahun 1870, tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus. Ia adalah seorang 
pahlawan Kemerdekaan Nasional yang hingga titik darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada kolonial.

Masa perkembangannya sedari kecil hingga dewasa yang berada ditengah-tengah suasana perang, di kemudian hari sangat memengaruhi perjalanan hidupnya sebagai tokoh pejuang kemerdekaan wanita untuk rakyat Aceh.

Waktu masih kecil, ia dipertunangkan dengan Teuku Syam Syarif, tetapi ia lebih tertarik kepada Teuku Muhammad. Akhirnya, keduanya menikah. Teuku Muhammad adalah seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong. 

Perang terhadap kolonial Belanda terus berkobar seakan tidak pernah berhenti. Cut Nyak Meutia bersama suaminya Teuku Cik Tunong langsung memimpin perang di daerah Pasai. Perang yang berlangsung sekitar tahun 1900-an itu telah banyak memakan korban baik dari pihak pejuang kemerdekaan maupun dari pihak Belanda.

Pasukan Belanda yang mempunyai persenjataan lebih lengkap memaksa pasukan pejuang kemerdekaan yang dipimpin pasangan suami istri itu melakukan taktik perang gerilya. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Di lain waktu, mereka juga pernah menyerang langsung ke markas pasukan Belanda di Idie.

Sudah banyak kerugian pemerintahan Belanda baik berupa pasukan yang tewas maupun materi diakibatkan perlawanan pasukan Cut Nyak Meutia. Karenanya, melalui pihak keluarga Meutia sendiri, Belanda selalu berusaha membujuknya agar menyerahkan diri. Namun Cut Nyak Meutia adalah tipe wanita perkasa yang memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada kolonial.

Bersama suaminya, tanpa kenal takut dia terus melakukan perlawanan. Namun naas bagi Teuku Cik Tunong, suaminya. Suatu hari di bulan Mei tahun 1905, Teuku Cik Tunong berhasil ditangkap pasukan Belanda. Ia kemudian dijatuhi hukuman tembak ditempat

Menghadapi kematian suaminya, Cut Meutia semakin garang dalam melawan pasukan Belanda. Begitu juga dengan pasukannya yang pantang menyerah. Mereka semua bahu-membahu menguatkan barisan dan menyusun serangan-serangan yang mampu membuat Belanda gentar. Setelah suaminya meninggal dunia, Cut Meutia memimpin barisan perang. Agar tidak diketahui oleh pasukan Belanda, Cut Meutia kerap berpindah-pindah tempat untuk melakukan penyerangan secara mendadak..

Berselang beberapa lama setelah kematian suaminya, sesuai pesan suaminya, Cut Nyak Meutia akhirnya menikah lagi dengan Pang Nangru. Pang Nangru adalah teman akrab dan kepercayaan suami pertamanya, Teuku Cik Tunong. Bersama suami keduanya itu, Cut Nyak Meutia terus melanjutkan perjuangan melawan pendudukan Belanda.

Di lain pihak, pengepungan pasukan Belanda pun semakin hari semakin mengetat yang mengakibatkan basis pertahanan mereka semakin menyempit. Pasukan Cut Meutia semakin tertekan mundur, masuk lebih jauh ke pedalaman rimba Pasai.

Di samping itu, mereka pun terpaksa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyiasati pencari jejak pasukan Belanda. Namun pada satu pertempuran di Paya Cicem pada bulan September tahun 1910, Pang Nangru juga tewas di tangan pasukan Belanda. Sementara Cut Nyak Meutia sendiri masih dapat meloloskan diri.

Kematian Pang Nangru membuat beberapa orang teman Pang Nangru akhirnya menyerahkan diri. Sedangkan Cut Nyak Meutia walaupun dibujuk untuk menyerah namun tetap tidak bersedia. Setelah kematian suami keduanya, beliau lalu diserahi wewenang untuk memimpin pasukan yang hanya mempunyai kekuatan 45 orang dengan 13 pucuk senjata. Di pedalaman rimba Pasai, dia hidup berpindah-pindah bersama anaknya, Raja Sabil, yang masih berumur sebelas tahun untuk menghindari pengejaran pasukan Belanda.

Sikap pantang menyerah tidak hanya terjadi pada Cut Meutia dan pasukannya, tapi juga dari pihak lawan yaitu Belanda. Berbagai cara dilakukan hanya untuk mengetahui keberadaan dari Cut Meutia. Sampai akhirnya tempat persembunyiannya dapat juga diketahui Belanda. Tanpa menunggu waktu yang lama peperangan dahsyat pun terjadi di Alue Kurieng pada tanggal 24 Oktober 1910. Cut Meutia mengadakan perlawanan. Pertempuran pun tak terelakkan, sampai akhirnya Cut Meutia tertembak kakinya dan tersungkur di tanah. Belanda menyuruh beliau untuk menyerah, tetapi tidak dihiraukannya. Cut Meutia bangkit dan dengan menghunuskan sebilah rencong ditangan beliau menyerang musuh. Ketika hendak menyerang kembali, beliau tertembak untuk kedua kalinya sehingga menembus tubuhnya sampai tewas pada saat itu juga.

Cut Nyak Meutia gugur sebagai pejuang pembela bangsa. Atas jasa dan pengorbanannya, oleh negara namanya dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang disahkan dengan SK Presiden RI No.107 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964.




Referensi: 

0 comments:

Posting Komentar