Dewi Sartika adalah seorang wanita pejuang pendidikan. Agar anak-anak perempuan bisa memperoleh kesempatan belajar, dia berjuang mendirikan sekolah di Bandung
"Jangan tanya apa yang telah diberikan negara kepadamu, tapi apa yang telah kamu berikan pada negaramu." Kata bijak tersebut sangat tepat menjadi panduan semua bangsa yang hendak menobatkan seseorang sebagai penerima gelar kehormatan 'pahlawan' di negaranya.
Home » Archives for Maret 2014
RADEN DEWI SARTIKA
Jumat, 28 Maret 2014
Posted by
Langit
at
08.47
0
comments
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Teungku Fakinah, Sang Mujahidillah Dari Aceh
Menurut catatan pada Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Banda Aceh, Teungku Fakinah adalah seorang pahlawan dan juga seorang ulama wanita terkenal di Aceh. Ia lahir pada tahun 1856 M, di Desa Lam Diran, kampung Lam Beunot, Mukim Lam Krak VII, Sagi XXII Mukim, Aceh Besar. Didalam tubuhnya mengalir darah ulama dan darah bangsawan. Ayahnya bernama Teungku Datuk Mahmud seorang pejabat pemerintahan pada jaman Sultan Alaidin Iskandar Syah. Sedangkan ibunya bernama Teungku Muhammad Sa'at yang terkenal dengan nama Teungku Chik Lam Pucok, pendiri Dayah Lam Pucok, pesantren tempat Teungku Chik Di Tiro pernah belajar.
Posted by
Langit
at
08.11
0
comments
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Labels:
Pahlawan Perintis Kemerdekaan
Admiral Keumalahayati, Panglima Wanita Yang Gagah
Pernah mendengar nama kapal perang KRI Malahayati? Banyak orang yang tidak tahu, siapakah yang memiliki nama besar dan terhormat itu sehingga diabadikan sebagai nama sebuah kapal perang. Beliau adalah seorang wanita yang agung (grande dame), yang memimpin sebuah laskar pejuang yang terdiri dari para pejuang perempuan dan kebanyakan adalah janda yang ditinggal wafat suami mereka dalam perjuangan melawan penjajah. Malahayati juga seorang janda yang ditinggal syahid suaminya saat berperang melawan Portugis sewaktu akan menguasai selat Malaka, yakni pada pertempuran laut Teluk Haru. Laskar tersebut dinamai Laskar Inong Balee atau yang bermakna Laskar para Janda pahlawan. Beranggotakan 2000 orang prajurit, semuanya perempuan.
Posted by
Langit
at
07.29
0
comments
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Teungku Chik di Tiro
Senin, 17 Maret 2014
Teungku Muhammad Saman (Teungku Chik di Tiro) adalah putra dari Teungku Syekh Ubaidillah. Sedangkan ibunya bernama Siti Aisyah, putri Teungku Syekh Abdussalam Muda Tiro dan adik dari Teungku Cik Dayah Cut, ulama terkenal di Tiro. Ia lahir pada tahun 1836M, bertepatan dengan 1251 Hijriah di Dayah Jrueng kenegerian Cumbok Lam Lo, Tiro, daerah Pidie, Aceh.
Teungku Muhammad Saman menjalani masa kecilnya di ligkungan pesantren. Di tempat-tempat itu ia bergaul dengan para santri. Pelajaran agama mula-mula didapat dari ayahnya dan kemudian dari pamannya. Ibunya mengajarinya menulis huruf Arab. Perhatiannya cukup besar terhadap buku-buku tasawuf karangan Imam Ghazali. Ia dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat.
Teungku Muhammad Saman menjalani masa kecilnya di ligkungan pesantren. Di tempat-tempat itu ia bergaul dengan para santri. Pelajaran agama mula-mula didapat dari ayahnya dan kemudian dari pamannya. Ibunya mengajarinya menulis huruf Arab. Perhatiannya cukup besar terhadap buku-buku tasawuf karangan Imam Ghazali. Ia dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat.
Posted by
Langit
at
08.41
0
comments
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Panglima Polem IX
Panglima Polem bernama lengkap, Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud adalah seorang panglima Aceh. Sampai saat ini belum ditemukan keterangan yang jelas mengenai tanggal dan tahun kelahiran, yang jelas ia berasal dari keturunan kaum bangsawan Aceh. Ayahnya bernama Panglima Polem VIII, Raja Kuala anak dari Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin yang juga terkenal dengan Cut Banta (Panglima Polem VII (1845-1879). Teuku Imam Muda Mahmud Arifin merupakan Panglima Sagoe XXII Mukim Aceh Besar.[1]
Posted by
Langit
at
07.43
0
comments
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
CUT NYAK MEUTIA
Wanita kelahiran Perlak, Aceh, tahun 1870, tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus. Ia adalah seorang
pahlawan Kemerdekaan Nasional yang hingga titik darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada kolonial.
Masa perkembangannya sedari kecil hingga dewasa yang berada ditengah-tengah suasana perang, di kemudian hari sangat memengaruhi perjalanan hidupnya sebagai tokoh pejuang kemerdekaan wanita untuk rakyat Aceh.
Posted by
Langit
at
07.13
0
comments
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
TEUKU UMAR
Sabtu, 15 Maret 2014
Teuku Umar adalah salah seorang Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan yang mengobarkan semangat perang fi'sabilillah terhadap pasukan Belanda di Aceh.
Teuku Umar lahir di Meulaboh, pada tahun 1854, adalah anak seorang Uleebalang bernama Teuku Achmad Mahmud dari perkawinan dengan adik perempuan Raja Meulaboh. Teuku Umar mempunyai dua orang saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki. Sejak kecil, ia dikenal memiliki kemauan keras dan pantang menyerah. Pada usia muda, ia sudah diangkat menjadi kepala kampung. Nenek moyang Teuku Umar adalah keturunan Minangkabau, yaitu Datuk Makudum Sati.
Teuku Umar lahir di Meulaboh, pada tahun 1854, adalah anak seorang Uleebalang bernama Teuku Achmad Mahmud dari perkawinan dengan adik perempuan Raja Meulaboh. Teuku Umar mempunyai dua orang saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki. Sejak kecil, ia dikenal memiliki kemauan keras dan pantang menyerah. Pada usia muda, ia sudah diangkat menjadi kepala kampung. Nenek moyang Teuku Umar adalah keturunan Minangkabau, yaitu Datuk Makudum Sati.
Posted by
Langit
at
06.08
0
comments
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Cut Nyak Dhien
Kamis, 13 Maret 2014
Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien), lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh, pada tahun 1848 dan wafat di Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Cut Nyak Dhien adalah salah seorang Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah hendak menghancurkan Belanda.
Posted by
Langit
at
12.05
0
comments
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Postingan (Atom)