Selamat Datang Indonesia

Mengenang sejarah Indonesia di masa lalu, selalu menggugah semangat Nasionalis-Patriotis serta Kecintaan terhadap Bangsa dan Tanah Air - Indonesia.

Indonesia, tanah air kuuu...
Tanah tumpah darah kuuu....
Disanalah aku berdiriiii...
Jadi pandu ibu kuuu....

- MERDEKA!!!!

Kerajaan Malayapura

Rabu, 21 September 2016

Malayapura merupakan salah satu dari kata-kata yang dipahatkan pada Arca Amoghapasa oleh Adityawarman pada tahun 1347. Dari kaitan terjemahan teks dari manuskrip tersebut, Malayapura dirujuk menjadi nama kerajaan Melayu yang diproklamirkan oleh Adityawarman di Dharmasraya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan ini, Adityawarman kemudian memindahkan ibukotanya ke daerah pedalaman Minangkabau yang kemudian dikenal juga dengan Kerajaan Pagaruyung.

Menurut arti katanya, Malayapura terbentuk dari dua kata malaya dan pura, malaya identik dengan melayu sedangkan pura bermakna kota atau kerajaan, sehingga jika digabungkan bermakna Kota Melayu atau Kerajaan Melayu.

Awal Sejarah

Pada abad XI nama kerajaan Malayu muncul dengan nama Malayapura dengan nama rajanya Suryanaraya yang bergelar Sri Maharaja. Nama Malayapura diketahui dari prasasti yang ditemukan di Ceylon (Srilanka), antara lain menyebutkan pembebasan Ceylon dari penjajahan Rajendra Chola I. Untuk selanjutnya kerajaan Malayu yang muncul pada abad XI dan seterusnya disebut Malayapura/Malayupura.   
                 
Kerajaan Malayu tua pada sekitar 671 diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya atau disebut pula kerajaan Suwarnabhumi sehingga pusat kerajaannya tergusur kearah pedalaman dan ibu kotanya yang lama di duduki oleh Sriwijaya. Dalam abad XI terjadi perubahan posisi antara Sriwijaya dengan Malayu. Sejarah Dinasti Sung masih mencatat bahwa raja Suwarnabhumi pada tahun 1028 bernama Se-Li-Tich-Hwa merupakan lafal dari nama Sanggrama Wijaya Tungga Warman.

Sementara itu dalam persaingan dengan Dinasti Chola di India, pihak Dinasti Chola merasa dirugikan. Lalu pada tahun 1015 armada Rajendra Chola I menyerang Suwarnabhumi. Pada tahun 1025, Suwarnabhumi di serang lagi oleh Rajendra Chola I, dan peristiwa ini dicatat dalam prasasti Tanjore tahun 1031. Sejak tahun 1025, aktivitas Suwarnabhumi ada dalam pengawasan dinasti Chola dan ketika terjadi keresahan (pemberontakan) pada tahun 1067, Raja Wirarajendra menyerbu Suwarnabhumi. Kemudian pada tahun 1068, Raja Wirarajendra menempatkan anaknya yang bernama Purnama Rajendra Kulothungga Chola I sebagai raja Suwarnabhumi yang berpusat di Jambi.

Adapun raja Suwarnabhumi yang kalah dalam serangan tahun 1067, pindah kepedalaman dan mendirikan kerajaan baru yang disebut Malayapura. Lokasi Malayapura diduga tidak jauh dari Dharmasraya yang nanti akan menjadi pusat kegiatan agama Budha, yang antara lain ditandai dengan penempatan arca Amoghapasa Lokeswara kiriman Raja Kertanegara dari Singhasari pada tahun 1286 kepada raja Melayu Jambi.

Dari kronik Cina juga diberitakan bahwa pada tahun 1079, raja yang memerintah di Suwarnabhumi bernama Rajendra Kulothungga. Nama Kulothungga tercatat dalam prasasti Kanton pada tahun 1079 dengan sebutan Ti-Hwa-Ka-Lo (lafal Cina dari Dewa Kala), nama Ti Hwa Ka Lo tercatat sebagai donator pada pembangunan sebuah kuli Budha aliran Tao yang bernama kuil Tienching mengenai prasasti Sriwijaya dari Kanton tahun 1079.

Suwarnabhumi (Sriwijaya) telah kalah pada tahun 1067 dan menyingkir dari pusat kekuasaan yang ada di Jambi ke daerah pedalaman. Sedikitnya hingga tahun 1079 saat Raja Dewakala Kulotungga menjadi donator pembangunan kuil di Kanton, maka Suwarnabhumi dikuasai oleh Dinasti Chola dari India Selatan.

Terjadinya pendudukan terhadap Kerajaan Suwarnabhumi sejak 1067-1079 telah menjadikan Kerajaan Suwarnabhumi musnah. Pewaris tahta Suwarnabhumi menyingkir dan mendirikan Kerajaan Malayapura. Kekuasaan Raja Dinasti Chola di Suwarnabhumi tidak berlangsung lama, hanya 12 tahun. Raja Malayu bernama Suryanarayana berhasil mengusir Raja Chola dengan gelar Sri Maharaja. Mengenai tokoh Suryanarayana, menurut Pravikana ia pernah menjadi raja di Ceylon tahun 1055-1110. Setelah ia menjadi Raja Malayu, antara tahun 1079-1082 ia memindahkan pusat kekuasaannya dari Palembang ke Jambi sebagaimana dicatat dalam berita Cina. Raja Malayu juga mengirim utusan ke Cina pada tahun 1079 dan 1088 dan meminta Privilese (hak pembebasan diri) kepada Kaisar Cina, sama seperti yang diberikan kaisar kepada utusan Tamil pada tahun 1077.

Pada tahun 1088 M, Kerajaan Melayu Jambi (Dharmasraya), yang dahulunya berada di bawah naungan Sriwijaya menjadikan Sriwijaya taklukannya. Kekuatan kerajaan Melayu Jambi berlangsung hingga dua abad sebelum akhirnya melemah dan takluk di bawah Majapahit.

Pada abad XII, nama Malayu nyaris tidak muncul kecuali catatan sejarah Cina yang menyebutkan bahwa pada tahun 1157 Raja Malayu Jambi mengirim barang-barang ke Cina. Berita ini juga tidak menyebutkan siapa nama Malayu Jambi tersebut.

Pada abad ke XIII nama Malayu timbul lagi dalam berita Cina yang menyebutkan bahwa Malayu Jambi mengirim utusan ke Cina pada tahun 1281. Kemudian ada utusan lagi pada tahun 1293 karena ada permintaan dari Dinasti Mongol. Kemudian pada tahun1299 utusan Malayu Jambi datang ke Cina atas kemauan sendiri. Selain itu ada berita dari Portugis yang menerangkan bahwa Marcopolo dalam catatannya tahun 1292 menyebut Malayu sebagai pusat perdagangan rempah-rempah.

Arca Amoghapasa Lokeswara

Arca Amoghapasa Lokeswara, adalah sebuah patung batu yang menggambarkan Amoghapasa, suatu pengejawantahan boddisatwa Awalokiteswara, dan Adityawarman menyatakan bahwa patung ini melambangkan dirinya.

Arca Amoghapasa ini sebelumnya merupakan hadiah dari Raja Kertanagara, raja Singhasari, untuk Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, raja Bhumi Melayu di Dharmasraya pada tahun 1286. Berita ini tersebut dalam manuskrip yang terpahat dalam Prasasti Padang Roco yang merupakan alas dari Arca Amoghapasa.

Uraian prasasti Padangroco ini memberikan data bahwa eksistensi Malayu cukup besar. Pada abad XIV ini singgasana Kerajaan Malayu Jambi masih diduduki oleh Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa. Tiba-tiba tahun 1343 muncul nama Adityawarman dalam prasasti Manjusri berangka pada tahun 1343 dan ia mengaku bersaudara dengan Rajapatni, Raja Majapahit. Pada saat itu empat tahun kemudian tepatnya pada tahun 1343, nama Adityawarman muncul lagi dalam prasasti Amoghapasa yang menyatakan diri sebagai Raja Malayu. Kemudian Adityawarman memindahkan pusat kegiatannya dari sekitar aliran sungai Batanghari lebih ke utara yaitu sekitar kota Batusanggkar, provinsi Sumatera Barat.

Untuk lebih jelasnya tentang Kerajaan Malayapura silakan baca: Kerajaan Dharmasraya dan Kerajaan Pagaruyung

Daftar Pusaka:
  1. Abdullah, Taufik dan AB Lapian ~ Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 2.Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve
  2. Kern, J.H.C., (1907), De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi (Batang Hari-districten); 1269 Çaka, Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.

Referensi:
  1. Wikipedia Indonesia: Malayapura
  2. Warta Sejarah: Kerajaan Malayapura

0 comments:

Posting Komentar