Selamat Datang Indonesia

Mengenang sejarah Indonesia di masa lalu, selalu menggugah semangat Nasionalis-Patriotis serta Kecintaan terhadap Bangsa dan Tanah Air - Indonesia.

Indonesia, tanah air kuuu...
Tanah tumpah darah kuuu....
Disanalah aku berdiriiii...
Jadi pandu ibu kuuu....

- MERDEKA!!!!

Sejarah Kerajaan Hindu-Budha Di Nusantara

Kamis, 10 April 2014


Sebelum pengaruh Hindu-Budha masuk ke Indonesia, sebenarnya masyarakat sudah mempunyai kepercayaan dan adat istiadat yang dilaksanakan secara turun-temurun. Mereka hidup sangat sederhana dalam kelompok-kelompok kecil maupun besar, dan belum tersentuh kebudayaan apapun selain peninggalan nenek moyangnya sendiri. Komunikasi juga hanya dilakukan di dalam kelompok itu sendiri. Lambat laun terjadi interaksi antarkelompok. Karena tuntutan kebutuhan, akhirnya terjadilah hubungan perdagangan, bahkan berkembang dengan adanya pelayaran antarpulau dan antarbenua. Pada saat itu, masuklah pengaruh Hindu dan Budha ke Indonesia.

Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Budha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.

Proses masuknya pengaruh agama Hindu maupun agama Budha ke Indonesia melalui hubungan perdagangan India dengan Indonesia. Dalam hubungan dagang itu, terjadi pergaulan di antara para pedagang. Pergaulan tersebut berlangsung cukup lama. Dalam pergaulan tersebut, terjadi saling tukar pikiran di antara mereka. Kepada bangsa kita, orang-orang India bercerita tentang agamanya, yaitu agama Hindu dan Budha sehingga agama Hindu dan Budha dikenal bangsa Indonesia. Akibat hubungan dagang tersebut akhirnya pengaruh Hindu-Budha masuk ke Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang paling awal menerima pengaruh dan menganut agama Hindu adalah raja beserta keluarganya, para bangsawan, dan prajurit, karena merupakan kasta yang terhormat, baru kemudian rakyat jelata.

Ajarah Agama Hindu


Arca Dewa Wisnu
Pada sekitar tahun 1500 Sebelum Masehi, bangsa Arya berhasil menaklukkan penduduk asli, yaitu bangsa Dravida di India. Kemudian lahir agama Hindu yang merupakan gabungan antara kepercayaan bangsa Arya dan kepercayaan bangsa Dravida.

Agama Hindu mempunyai banyak dewa, namun tiga dewa yang senantiasa dipuja, yang lebih dikenal dengan nama Tri Murti, yaitu Dewa Brahmana atau Dewa Pencipta, Dewa Wisnu atau Dewa Pelindung, dan Dewa Syiwa atau Dewa Perusak.

Menurut agama Hindu, manusia yang hidup sekarang ini merupakan reinkarnasi dari kehidupan sebelumnya. Manusia hidup di dunia adalah samsara atau sengsara. Seseorang akan dilahirkan kembali sehingga harus mengalami sengsara, apabila kehidupannya yang dahulu kurang sempurna atau banyak berbuat dosa. Agama Hindu mengajarkan bahwa tujuan manusia adalah menyatu kembali kepada sumber dari segala sumber yang ada, yakni Brahman. Karena hidup merupakan penderitaan, maka tujuan yang hendak dicapai adalah bagaimana agar seseorang terhindar dari dilahirkan kembali supaya tidak mengalami penderitaan. Untuk itu, tujuan yang hendak diraih adalah Moksha, yaitu terbebas dari dilahirkan kembali. Karena tujuan Hindu adalah supaya seseorang tidak mengalami penderitaan, maka Hindu disebut juga sebagai Ajaran Keselamatan.

Ada empat kasta dalam agama Hindu, yang membedakan antara golongan satu dengan lainnya. Pembentukan kasta mempunyai tujuan utama untuk menjaga kemurnian ras bangsa Arya yang dianggap ras paling baik, dibandingkan ras bangsa Dravida yang dianggap lebih rendah. Empat Kasta tersebut dijelaskan sebagai berikut.

  1. Kasta Brahmana, merupakan kasta tertinggi, bertugas menjalankan upacara-upacara keagamaan. Adapun yang termasuk dalam kasta ini adalah para Brahmana.
  2. Kasta Ksatria, yang bertugas menjalankan pemerintahan. Adapun yang termasuk dalam kasta ini adalah para raja, bangsawan, dan prajurit.
  3. Kasta Waisya, merupakan kasta dari golongan rakyat jelata, seperti para petani dan pedagang.
  4. Kasta Sudra, merupakan kasta yang paling rendah, seperti para budak.

Ajaran Agama Budha


Patung Budha
Pada awal mulanya, Budha bukan sebuah agama, tetapi hanya merupakan suatu paham baru dalam agama Hindu, yang disebut Budhisme. Muncul sebagai protes terhadap perbedaan kasta, terutama Kasta Brahmana yang dianggap terlalu banyak mempunyai hak-hak istimewa, dan kasta-kasta lain yang dianggap terlalu membedakan kedudukan seseorang. Semua itu dipandang kurang adil.

Paham tersebut disebut Budhisme karena dikembangkan dan disebarluaskan oleh Sidharta Buddha Gautama, seorang putra Raja Sudhodana dari Kerajaan Kapilawastu, termasuk keturunan suku bangsa Sakya. Kemudian ajarannya berkembang menjadi agama Budha.

Konsep agama Budha mengajarkan bahwa hidup adalah menderita, dan penderitaan itu terjadi karena ketidaktahuan manusia akan kebenaran yang hakiki, kebenaran yang mutlak. Namun ada jalan keluar untuk mengentas manusia dari ketidaktahuan (awidya), yaitu melalui jalan kebenaran yang harus ditempuh manusia selama hidupnya.

Penganut agama Budha percaya bahwa tujuan hidup manusia di dunia adalah menghentikan reinkarnasi, karena reinkarnasi adalah penderitaan (samsara) yang bersifat sementara. Sedangkan penderitaan sebenarnya adalah apabila seseorang terus-menerus mengalami reinkarnasi, atau selalu dilahirkan kembali ke dunia, yang berarti terus-menerus mengalami penderitaan. Oleh karena itu, konsep agama Buddha mengajarkan bagaimana agar manusia terbebas dari kehidupan yang berulang-ulang, yaitu apabila telah dapat mencapai Nirwana. Seseorang yang dapat masuk Nirwana, dianggap telah terbebas dari ketidaktahuan, terbebas dari penderitaan, terbebas dari kelahiran kembali, dan orang tersebut sudah moksha.

Seluruh ajaran agama Budha terdapat dalam Buku Tripitaka yang terdiri atas sebagai berikut:

  1. Winayapitaka, berisi tentang peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluk agama Budha.
  2. Sutrantapitaka, berisi tentang wejangan-wejangan Sang Budha.
  3. Abhidharmapitaka, berisi tentang penjelasan dan uraian mengenai agama Budha. Ada kesamaan konsep antara Hindu/Syiwa dan Budha.

Konsep kebenaran yang hakiki menurut agama Hindu (Syiwa) dan agama Budha ialah meleburkan diri ke dalam Yang Mutlak, berupa kekosongan atau kehampaan (sunyarupa). Meskipun jalan yang ditempuh untuk menuju ke sunyarupa tersebut berbeda antara kedua agama, tetapi tujuan keduanya sama, yaitu moksha atau tidak dilahirkan kembali. Lahir cukup sekali selama hidup untuk selanjutnya sebagai penghuni Nirwana yang kekal abadi.

Ajaran Budha yang berkembang di Jawa, dimulai dari tahap Mahayana, dan berkembang ke arah Tantrayana. Dalam Mahayana, tujuan penganutnya adalah untuk mencapai Tahap keBudhaan, yang hanya dapat diperoleh melalui perjuangan berat dan waktu yang lama. Sedangkan dalam Tantrayana, tujuan yang sama dianggap dapat diperoleh dalam kehidupan sekarang juga, yakni melalui praktek Yoga, dengan memuja Budha dan kepatuhan total kepada seorang Guru.

Penyebaran Agama Buddha dan Hindu di Indonesia


Proses masuknya agama Hindu ke Indonesia dilakukan oleh kaum pedagang, baik pedagang yang berasal dari India ke Indonesia maupun pedagang Indonesia yang berlayar ke India. Akan tetapi, di lain pihak terdapat beberapa teori yang berbeda mengenai penyebaran agama Hindu ke Nusantara. Berikut beberapa teori tersebut:

  • Teori Sudra: Menjelaskan bahwa penyebaran agama Hindu ke Nusantara dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra, karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan.
  • Teori Waisya: Menjelaskan bahwa penyebaran agama Hindu ke Nusantara dibawa oleh orang-orang India yang berkasta waisya. Orang-orang India yang berkasta waisya terdiri atas para pedagang yang datang dan menetap di wilayah Indonesia. Bahkan, diantaranya banyak yang menikah dengan wanita setempat.
  • Teori Ksatria: menjelaskan bahwa penyebaran agama Hindu ke Nusantara dibawa oleh orang-orang India yang berkasta ksatria. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya kekacauan politik di India, sehingga para ksatria yang kalah melarikan diri ke Nusantara. Mereka lalu mendirikan kerajaan-kerajaan dan menyebarkan agama Hindu di Nusantara.
  • Teori Brahmana: menjelaskan bahwa penyebaran agama hindu ke Nusantara dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Brahmana. Kedatangan mereka ke Nusantara untuk memenuhi undangan kepala suku yang tertarik terhadap agama Hindu. Kaum Brahmana inilah yang datang ke Nusantara untuk mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat.

Dari keempat teori tersebut, hanya teori Brahmana yang dianggap sesuai. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-bukti tersebut di antaranya:

  • Agama Hindu bukan agama yang demokratis, karena urusan keagamaan menjadi monopoli kaum Brahmana, sehingga hanya kaum Brahmana yang berhak untuk menyebarkan agama Hindu.
  • Prasasti yang pertama kali ditemukan berbahasa Sansekerta, sedangkan di India bahasa tersebut hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan. Jadi, hanya kaum Brahmana lah yang mengerti dan menguasai bahasa tersebut.

Agama Hindu tersebar luas di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di Jawa, Bali, dan Sumatera. Awal sejarah Hindu di Indonesia terungkap dengan diketemukannya prasasti peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur dan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Dari kedua prasasti tersebut para ahli menyimpulkan bahwa sejak abad ke-4 dan ke-5, pengaruh agama dan kebudayaan Hindu telah masuk ke Indonesia.


Bersamaan dengan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia, datanglah agama Budha ke tanah air. Agama Budha masuk ke Indonesia juga melalui jalur perdagangan, bahkan dilakukan secara damai. Pada awalnya tidak begitu banyak penganutnya karena sudah terlebih dahulu menganut ajaran Hindu. Namun sejak abad ke-7 Masehi, Hindu berkembang pesat dan tersebar luas di wilayah Indonesia, dengan pusat di Kerajaan Sriwijaya.

Sebelum pengaruh Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, sebenarnya bangsa Indonesia sudah mempunyai adat istiadat, kebiasaan, maupun kepercayaan yang dipelihara, hidup, dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Nenek moyang bangsa Indonesia waktu itu telah mempunyai kepercayaan animisme dan dinamisme, sampai dengan pengaruh Hindu dan Budha masuk ke Indonesia. Namun animisme dan dinamisme tidak langsung hilang meskipun agama Hindu dan Budha sudah menjadi agama mereka. Mereka tidak menerima begitu saja semua pengaruh yang masuk, namun hanya menerima unsur-unsur yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Pengaruh Hindu dan Budha telah membaur menjadi satu dengan kepercayaan dan keyakinan yang telah ada sebelumnya sehingga semakin memperkaya khasanah budaya bangsa Indonesia.

Agama Hindu yang berkembang di Indonesia berbeda dengan agama Hindu yang berkembang di India. Agama dan kebudayaan Hindu disesuaikan dengan  kebudayaan dan kepercayaan asli Indonesia yang berintikan pemujaan roh leluhur (animisme dan dinamisme). Dalam bidang sastrapun terjadi penyesuaian, misalnya huruf Pallawa berubah menjadi huruf Kawi dan huruf Jawa kuno. Demikian pula dalam seni bangunan, bentuk candi di Indonesia lain dengan yang ada di India.

Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Budha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.

Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatera. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukota Sriwijaya di Palembang sekitar tahun 670 M. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364 M, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah Nusantara yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.

Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan, dan Pemerintahan pada Masa Hindu-Budha di Indonesia


Pengaruh Hindu-Budha begitu luasnya di Indonesia, dan hampir tidak ada pulau besar yang tidak mendapat pengaruh, kecuali Papua, Maluku dan sekitarnya, serta pulau-pulau di Nusa Tenggara. Penyebab utama tidak masuknya pengaruh Hindu dan Buddha di wilayah Indonesia bagian timur tersebut, karena dianggap terlalu jauh untuk dijangkau pada saat itu. Selain itu, kawasan Nusantara amat luas dan terdiri atas puluhan ribu pulau yang terhampar dari barat sampai ke timur, sehingga sangat memungkinkan untuk tidak terjangkau oleh pengaruh Hindu dan Budha masa itu.

Daerah yang mendapat pengaruh Hindu-Budha di Indonesia dapat dilihat dari kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha, seperti Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Tarumanegara di Jawa Barat, Mataram Kuno di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Sriwijaya di Sumatera, Kediri di Jawa Timur, Singasari di Jawa Timur, dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Dari beberapa kerajaan tersebut, kita dapat melihat bagaimana perkembangan masyarakat, kebudayaan, maupun pemerintahan pada masa Hindu-Budha di Indonesia.

Kronologi


  • 101 M - Penempatan Lembah Bujang yang menggunakan aksara Sanskrit Pallava membuktikan hubungan dengan India di Sungai Batu.
  • 300 M - Kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara telah melakukan hubungan dagang dengan India. Hubungan dagang ini mulai intensif pada abad ke-2 M. Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran internasional misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan. Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus, cengkeh. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan.
  • 300 M - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok. Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa Shien dan Gunavarman. Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan, barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil kerajinan.
  • 400 M - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah kerajaan-kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain prasasti, candi, patung dewa, seni ukir, barang-barang logam. Keberadaan kerajaan Tarumanagara diberitakan oleh orang China.
  • 603 M - Kerajaan Malayu berdiri di hilir Batang Hari. Kerajaan ini merupakan konfederasi dari para pedagang-pedagang yang berasal dari pedalaman Minangkabau. Tahun 683 M, Malayu runtuh oleh serangan Sriwijaya. 
  • 671 M - Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing berangkat dari Kanton ke India. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa Sanskerta, kemudian ia singgah di Malayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.
  • 685 M - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Tionghoa.
  • 692 M - Salah satu kerajaan Hindu-Budha di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan berkembang menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang Arab, Parsi, dan Tiongkok. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Jawa. Sriwijaya juga menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut China Selatan. Dengan penguasaan ini, Sriwijaya mengontrol lalu lintas perdagangan antara Tiongkok dan India, sekaligus menciptakan kekayaan bagi kerajaan.
  • 922 M - Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah datang ke Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan Maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada Kaisar Tiongkok.
  • 932 M - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui Prasasti Kebon Kopi II yang bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi.
  • 1292 M - Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Sumatera dalam perjalanan pulangnya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Marco Polo berpendapat bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
  • 1292 M - Raden Wijaya, atas izin Jayakatwang, membuka hutan tarik menjadi permukiman yang disebut Majapahit. Nama ini berasal dari pohon Maja yang berbuah pahit di tempat ini.
  • 1293 M - Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk menggulingkan Jayakatwang di Kediri. Memukul mundur tentara Mongol, lalu ia naik takhta sebagai raja Majapahit pertama pada 12 November.
  • 1293-1478 M - Kota Majapahit menjadi pusat kemaharajaan yang pengaruhnya membentang dari Sumatera ke Papua, kecuali Sunda dan Madura. Kawasan urban yang padat dihuni oleh populasi yang kosmopolitan dan menjalankan berbagai macam pekerjaan. Kitab Negarakertagama menggambarkan keluhuran budaya Majapahit dengan cita rasa yang halus dalam seni, sastra, dan ritual keagamaan.
  • 1345-1346 M - Musafir Maroko, Ibnu Battuta melewati Samudra dalam perjalanannya ke dan dari Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal dagang dari India dan Tiongkok. Ibnu Battuta mendapati bahwa penguasa Samudra adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i salah satu ajaran dalam Islam.
  • 1350-1389 M - Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai seluruh kepulauan di Asia Tenggara bahkan jazirah Malaya sesuai dengan "Sumpah Palapa" yang menyatakan bahwa Gajah Mada menginginkan Nusantara bersatu.
  • 1478 M - Majapahit runtuh akibat serangan Demak. Kota ini berangsur-angsur ditinggalkan penduduknya, tertimbun tanah, dan menjadi hutan jati.
  • 1570 M - Pajajaran, ibukota Kerajaan Hindu terakhir di pulau Jawa dihancurkan oleh Kesultanan Banten.

Referensi web:
  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Hindu-Buddha
  2. http://rangkumsejarah.blogspot.com/2013/05/teori-masuk-dan-berkembangnya-agama.html

Resensi buku: Mari Belajar IPS 1 untuk SMP/MTs Kelas VII oleh: Muh. Nurdin, Muh. Nursa'ban dan S.W. Warsito

1 comments:

Anonim mengatakan...

terima kasih informasinya,, ini sangat membantu :)

Posting Komentar